Dunia ini tidaklah seindah yang diimpakn oleh mereka yang
melukis dunia dengan segala kemewahan keindahan dan fasilitas yang di berikan.
Setiap puncak yang berhasil kita capai itu bukanlah keberhasilan yang
sesunggunya, karena itu adalah awal yang baru yang harus kita tempuh untuk
puncak yang selanjutnya. Puncak yang mungkin lebih sulit. Dimana diri kita
slalu di tuntun untuk menjadi yang lebih baik, jika tidak bisa melaluinya,
mungkin kita tidak hanya di turunkan ketingkat sebelumnya, bisa jadi kita akan
di jatuhkan ketempat yang lebih buruk dari titik awal kita memulai. Perjuangan
yang harus ditempuh sampai batas waktu yang di tentukan. Setiap orang yang
melaluinya tidak ada yang mengetahui batas waktu dia bisa menyelesaikannya.
Tantangan bagaimana bisa bertahan mencapai puncak
selanjutnya dengan bisa memenuhi semua bekal yang kita butuhkan. Tentunya bukan
dengan seorang diri tapi banyak orang yang terkait, banyak yang perlu kita
bantu dan banyak yang akan membatu kita. Saling mendukung untuk bisa mecapainya
bersama, menerima kita, melindungi, dan salalu ada. Kita ada dalam dunia yang
penuh tantangan karena mereka ada. Keluarga dan saudara adalah orang yang
paling berperan untuk kita perjuangkan dan memperjuangkan kita.
Tantangan bagaimana melawan perasaan yang bergelora dalam
hati. Untuk mecapai apa itu puncak yang sejatinya bekal yang sudah kita bawapun
tidak mampu mengatasi semuanya untuk memenuhinya. Jika perasaan bergejolak
seperti cinta telah mengarungi dalamnya hati, sulit lah logika berbicara mengenai
devinisi yang sepertinya mudah. Jatuh dan terpuruk seakan tidak mampu bangun
kembali. Sering pada tahap ini orang-orang akan jatuh dan tepuruk. Ketika
perasaan cinta tidak terbalaskan, sedangkan cinta seperti sudah mengalir dalam
darah. Hatipun yang tugasnya
menghilangkan racun-racunpun tak dapat berfungsi karena telah kehilngan kendali
dengan pikiran yang mengontrolnya. Sedangkan mereka yang baru berdatangan
seakan ingin mengisi ruang hati yang kosong hanyalah berucapjanji-janji manis
yang ternyata hanya sebuah omong kosong besar.
Lantas harus seperti apa yang aku percaya. Hati ini seperti
semakin beku, dan sulit untuk diluluhkan bahkan dengan diriku sendiri. Tapi
tidak untuk dia yang masih mengisi tempatnya tanpa tersingkirkan waktu. Tapi
dia juga yang menciptakan keraguan dan kehampaan yang sampai sekarang aku
rasakan. Dia yang menutup hati ini untuk bisa menerima yang lain. Seakan-akan
dialah yang terakhir yang bisa mengisi hatiku, tapi kenapa perasaan ini juga
terkadang mengatakan kita sudah berakhir. Aku terkadang merasakan kita ini
hanyalah teman, kadang lebih dari sekedar tman, terkadang juga aku merasakan
aku ini bukan siapa-siapa.
Sangat sulit dimengeri, setiap puncak kehidupan yang harus
kita jalani ada masanya kita harus menentukan arti hidup sebenarnya, agar kita
mengerti dimana posis terbaik kita untuk orang lain. Boleh kita mencintai,
memberikan sepenuh hati perhatian kita. Tapi jangan sampai semua itu tidak
dihargai dan hanya menjatuhkan harga diri kita. Karena itu yang akan menentukan
kita untuk naik ke level yang selanjutnya untuk tantangan yang lebih lagi.